top of page

Agroforestry Hub: Menjaga Hutan, Menghidupi Masyarakat

  • Writer: Sosial Bisnis Indonesia
    Sosial Bisnis Indonesia
  • Oct 27
  • 3 min read

Updated: 2 days ago

Mengurangi laju deforestasi melalui pengembangan rantai nilai komoditas kayu dan hasil hutan bukan kayu

Di tengah pertumbuhan populasi dunia yang terus meningkat, kebutuhan manusia terhadap pangan dan tempat tinggal juga kian besar. Sayangnya, hal ini menjadi salah satu pendorong utama terjadinya deforestasi tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia.


Namun, berbagai penelitian menunjukkan adanya harapan melalui penerapan sistem agroforestri. Solusi ini tidak hanya berpotensi memperlambat laju deforestasi, tetapi juga menawarkan pendekatan pertanian yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim (Muschler, 2015; Dissanayaka et al., 2024). Berbeda dari sistem monokultur, agroforestri mengombinasikan beragam jenis tanaman yang saling melengkapi di satu lahan. Dengan cara ini, petani dapat mendiversifikasi sumber pendapatan, menjaga kesehatan tanah, serta mempertahankan keseimbangan ekosistem (Fahad et al., 2022).


ree

Di Indonesia, konsep agroforestri atau yang lebih dikenal sebagai wanatani bukanlah hal baru. Sejak lama, masyarakat telah memadukan pohon dengan tanaman pangan di lahan mereka sebagai bagian dari tradisi pengelolaan ruang hidup. Namun, praktik tersebut kerap berjalan tanpa perencanaan yang matang. Komoditas yang ditanam sering kali tidak berorientasi pasar, desain lahan kurang terukur, rantai nilai terlalu panjang, dan hubungan antar pelaku di dalamnya belum terjalin secara kuat.


Inilah celah yang coba diisi oleh SOBI melalui Agroforestry Hub: inisiatif yang

menggabungkan riset, perencanaan spasial, pendampingan teknis, dan pembangunan

rantai nilai untuk menciptakan model agroforestri yang produktif, menguntungkan, dan

ramah lingkungan.


  1. Lahan Percontohan Agroforestri di Jambi


Jambi merupakan salah satu wilayah dengan tingkat ancaman deforestasi yang tinggi. Di Kabupaten Tebo, pada wilayah konsesi salah satu mitra SOBI, kami mengembangkan lahan percontohan agroforestri di empat desa.


Langkah pertama yang kami ambil dimulai dengan studi lapangan untuk memahami aspek lingkungan, sosial, dan pasar. Temuan lapangan tersebut kemudian dipadukan dengan analisis spasial untuk merancang desain agroforestri yang sesuai dengan kondisi setempat.


Dari proses ini lahirlah desain yang memadukan karet, kopi, vanili, gamal, dan cabai sebagai cash crop. Setiap jenis tanaman dipilih dengan mempertimbangkan interaksi antar komoditas, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan yang lain.


Kegiatan Pembuatan Perjanjian Kerjasama dengan Kepala Kelompok Suku Anak Dalam
Kegiatan Pembuatan Perjanjian Kerjasama dengan Kepala Kelompok Suku Anak Dalam

Menariknya, dua dari empat desa tersebut bekerja sama dengan Suku Anak Dalam, komunitas lokal yang selama ini menggantungkan hidup pada kegiatan berburu dan mengumpulkan hasil hutan. Tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun dan mencerminkan hubungan yang erat antara mereka dan hutan sebagai sumber kehidupan.


Namun, seiring meningkatnya kebutuhan ekonomi dan keterbatasan hasil hutan, mereka mulai mencari alternatif mata pencaharian yang lebih berkelanjutan. Di sinilah agroforestri menjadi pintu masuk penting yang memungkinkan mereka bercocok tanam tanpa meninggalkan nilai-nilai leluhur dalam menjaga hutan yang menjadi rumah mereka.


Proses pengembangan lahan berlangsung selama kurang lebih lima bulan, melibatkan berbagai pihak dalam pendampingan teknis dan pembelajaran bersama. Kini, lahan percontohan tersebut tidak hanya menjadi ruang belajar, tetapi juga sumber inspirasi bagi kelompok tani hutan di wilayah sekitar untuk mengadopsi sistem serupa.


  1. Agroforestri Kakao di Pohuwato, Gorontalo


Kabupaten Pohuwato di Provinsi Gorontalo dikenal sebagai salah satu surga biodiversitas di Indonesia. Di bentang alam Popayato-Paguat saja, tercatat terdapat 157 jenis burung, dimana empat di antaranya merupakan spesies endemik Sulawesi yang kini berstatus terancam punah menurut data IUCN.


Untuk merespons ancaman ini, SOBI menjajaki kerja sama dengan Burung Indonesia mengembangkan rantai nilai agroforestri kakao. Kakao sebenarnya bukanlah komoditas baru bagi masyarakat setempat. Namun, saat harga global jatuh pada periode 2017-2019, banyak petani menebang pohon kakao dan beralih menanam jagung.


Diskusi dengan Petani di Bawah Pohon Kakao
Diskusi dengan Petani di Bawah Pohon Kakao

Kini, seiring meningkatnya harga kakao di pasar dunia, kami melihat peluang untuk menghidupkan kembali komoditas ini, bukan semata sebagai tanaman tunggal, tetapi sebagai bagian dari sistem agroforestri terpadu. Dalam sistem ini, kakao ditanam berdampingan dengan berbagai tanaman pendamping yang disesuaikan dengan kondisi agroekologi setempat serta permintaan pasar. Tujuannya jelas: meningkatkan pendapatan petani sekaligus menjaga kelestarian ekosistem hutan.


Inisiatif ini dirancang sebagai upaya jangka panjang yang tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi, tetapi juga pada penguatan rantai nilai yang menghubungkan petani dengan pasar berkelanjutan.


Kolaborasi untuk Masa Depan


Dua cerita di atas hanyalah sebagian kecil dari berbagai inisiatif yang dijalankan oleh SOBI. Tantangan yang kami hadapi tidaklah sederhana, dan mustahil diselesaikan oleh satu organisasi saja. Karena itu, kami meyakini bahwa kunci keberhasilan terletak pada kolaborasi multipihak: menghubungkan pemerintah, pelaku usaha, masyarakat adat, lembaga swadaya masyarakat, akademisi, hingga konsumen.


Melalui pendekatan ini, Agroforestry Hub tidak hanya mengubah cara kita mengelola lahan, tetapi juga membangun masa depan di mana hutan tetap lestari, masyarakat sejahtera, dan bumi menjadi lebih tangguh menghadapi perubahan iklim.


Referensi:

Dissanayaka, D. M. N. S., Dissanayake, D. K. R. P. L., Udumann, S. S., Nuwarapaksha, T.

D., & Atapattu, A. J. (2023). Agroforestry—A key tool in the climate-smart agriculture

context: A review on coconut cultivation in Sri Lanka. Frontiers in Agronomy, 5, 1162750.

Fahad, S., Chavan, S. B., Chichaghare, A. R., Uthappa, A. R., Kumar, M., Kakade, V., ... &

Poczai, P. (2022). Agroforestry systems for soil health improvement and maintenance.

Sustainability, 14(22), 14877.

Muschler, R. G. (2015). Agroforestry: essential for sustainable and climate-smart land use?.

In Tropical forestry handbook (pp. 1-104). Springer, Berlin, Heidelberg.


Comments


© 2024 by PT Sosial Bisnis Indonesia | Follow us: 

  • Instagram
  • Linkedin
bottom of page